Sabtu, 25 Desember 2021

Jogja dan Proses Belajar

Bagiku, Jogja bukan sekedar tempat belajar akademis selama 4 tahun. Lebih dari itu, kota tersebut telah menjelma menjadi tempat pembelajaran soal kehidupan. Tempat mimpi bermula, sekaligus saksi bahwa tidak semua mimpi harus terealisasi dan sesuai dengan rencana. Mimpi untuk mengarungi sisa hidup dengan yang ku pikir adalah cinta sejati. 

Datang ke Jogja sebagai anak kampung yang dibesarkan dalam budaya monokultural. Tak pernah bersinggungan dengan budaya lain membuat cara berpikir agak sempit. Tapi kemudian bertumbuh dan bertumbuh. 

Bahkan soal kekasih pun juga demikian. Bertemu dengan orang yang berlatar belakang cukup berbeda. Membuat belajar satu sama lain. 

Ya tapi namanya masih juvenil, apa yang saya pikir dulu adalah terbaik dan pas, ternyata sewaktu sekarang setelah bertumbuh, membuat saya mengernyitkan dahi dengan diri ini di waktu itu. Semuanya hanya perlu proses untuk evolusi. Namanya evolusi, pasti berjalan pelan, tak pernah radikal. 

Wajar karena dulu yang kita lihat hanya sebatas Magelang - Jogja. Namun setelah pergi jauh dan melewati perjalanan panjang dan lika liku kehidupan, bertemu berbagai jenis orang, budaya, dan terbentur akan realita kehidupan akhirnya saya me-reshape diri. Mungkin menjadi lebih baik, meski masih jauh dari standar baik. Saya pernah secara eksplisit menulis dalam kesadaran perubahan cara berpikir dan memandang sesuatu di Kelana Rasa, Perjalanan Pikir.

Ketika telah tersadar dan tahu kesalahannya, sayangnya sudah tidak ada lagi kesempatan untuk memperbaikinya. Semua sudah berjalan cukup jauh, tak mungkin di-playback. Yang ada hanyalah sisa penyesalan. Yang beberapa tahun belakangan membayangi dalam mimpi. Mimpi buruk. Mimpi itu intens masuk pada pertengahan tahun, yang saya pikir firasat ini selalu benar. Dan memang terjadi demikian. 

Ya tapi karena semua ini adalah proses belajar, maka mari kita ambil hikmahnya. Toh sebagai manusia, saya tak akan pernah tahu rencana Tuhan mana yang tepat untuk saya.

Pada akhirnya memang Jogja adalah tempat belajar dan bertumbuh. Mengenal dan bertumbuh dengannya adalah salah satu hal terbaik dalam hidup. Saya mesti syukuri.

Terimakasih Jogja sudah menjadi antara bagi kita. Menjadi saksi proses pendewasaan kita. Menjadi tempat pembelajaran kita. 

Mengenangmu, menertawakan saya yg dulu. Betapa bodohnya kala itu. Betapa selfish dan narrow minded waktu itu. 

Jogja juga yg mengajari saya untuk belajar melepasnya. Sebab saya tahu, dia akan lebih bahagia tanpaku. Dia akan terbang bebas kemanapun dia mau dengan kenihilanku.

Jogja juga mengajari arti momentum. Semua boleh direncanakan, tapi ketika kita tidak pernah mendapatkan momentum itu, mustahil akan terjadi. Ini menyadarkan saya, bahwa kita ada di waktu yang tak tepat. Ketika kita belum terlalu dewasa. Ketika kita masih bokek. Ketika kita masih berproses mencari jati diri. Ketika kita belum selesai dengan diri kita sendiri. Kini saat kita sadar kesalahan-kesalahan kita dan memperbaikinya, kita sudah tak ada. Pada akhirnya, hasil proses itu kita pakai untuk  kehidupan sekarang dan nanti.

Jogja

Kini dia sudah bahagia. Memilih orang yang tepat bersamanya. Dan itulah tujuanku. Melihatnya bahagia. 

Kini, saatnya aku menunggu kebahagiaan itu tiba juga untukku. 

Kini, sampai di sini cerita kita. Biarlah hanya jadi pembelajaran yang mahal untuk ku.

Terimakasih Jogja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar