Minggu, 26 April 2020

Time Like These

Judul tulisan refleksi ini saya ambil dari sebuah judul lagu milik Foo Fighters, group band idola saya. Beberapa minggu lalu ketika saya sedang mengerjakan pekerjaan kantor dengan iringan lagu tersebut, saya sempat terdiam beberapa saat. Ada sebuah bait yang sangat menyentuh:
It's times like these you learn to live again
It's times like these you give and give again
It's times like these you learn to love again
It's times like these time and time again

Sabtu, 18 April 2020

Nglayap: Tasik Sekelumit


Saya selalu percaya, sebuah perjalanan tanpa direncanakan jauh-jauh hari sebelumnya akan punya peluang terealisasi lebih besar. Seperti perjalanan ke Tasikmalaya kali ini. Berawal dari ajakan Mas Desta sepulang dari side project kami di Jambi. Pada hari Minggu, sebelum berpisah di Terminal III, beliau ngide untuk jalan ke tempat Rizal, Tasikmalaya. Langsung saja ajakan tersebut saya samber. Saya coba kontak beberapa teman. Sayangnya kebanyakan sok sibuk.

Pada akhirnya hanya Ibnu yang menyambut ajakan kami. Doi sudah pasti mau, sebab dia yang paling rentan. Pusing kebanyakan kerjaan karena lagi bikin start-up baru. 

Terpilih 3 orang berangkat ke Tasik. Saya dan Ibnu berangkat menggunakan bus sedangkan Mas Desta dengan kereta. Seperti biasa, Saya lebih menikmati perjalanan menggunakan bus daripada kereta. Di hari Senin sorenya, saya langsung pesan tiket bus untuk 2 orang. Berangkat dari Kampung Rambutan.

Selasa, 14 April 2020

Berkaca Pada Film Kim Ji-Young, Born 1982



Kebanyakan 'di rumah aja' membuat saya makin produktif. Tentunya makin produktif menghabiskan stok film saya. Film-film yang dulu banget sempet disalin dari warnet Jogja. Salah satu film yang baru selesai saya tonton adalah "Kim Ji Young, Born 1982". Saya tahu film tersebut setelah nyari referensi film bagus padanannya "Parasite".


Kim Ji Young, Born 1982 merupakan film bertemakan gender equality yang mampu ditampilkan secara apik dan halus, sehingga secara tidak langsung bakalan menggugah nurani penonton untuk melihat sekali lagi apa yang sebenernya terjadi pada hak-hak perempuan sekitar kita selama ini. Tak melulu tentang kerasnya perjuangan perempuan dalam berkarir atau memperjuangkan mimpinya seperti "The Iron Lady" atau "Hidden Figures". Justru kisah ini berlatar belakang sosok seorang ibu muda yang mengabdikan diri untuk keluarga. Film ini seolah mau bilang: jadi ibu rumah tangga itu gak gampang loh. Mungkin lebih susah dari kerja-kerja fisik kita di kantor.


Rabu, 08 April 2020

Apakah Corona Akan Berdampak Pada Kehidupan Satwa Liar Di Alamnya?


Ilustrasi: seekor harimau Sumatra sedang dirawat di kandang khusus di Barumun Nagari Wildlife Sanctuary. Credit: Yudha/tfcas

Penyebaran Sars-Cov-2 di dunia terus melonjak. Bahkan didapati kasus terbaru, corona tidak hanya menyerang manusia tetapi juga satwa. Nadia,seekor harimau Malaya berumur 4 tahun di Kebun Binatang Bronx, New York dikabarkan telah positif corona.


Kejadian bermula ketika 4 harimau dan 3 singa di Kebun Binatang Bronx memiliki gejala batuk kering dalam beberapa hari seperti yang diberitakan di Time. Setelah dilakukan pemerikasaan lebih lanjut oleh The National Veterinary Services Laboratory ternyata Nadia dikonfirmasi positif Sars-CoV-2. Sumber dari infeksi virus tersebut diduga berasal dari penjaga kebun binatang yang sebelumnya tanpa gejala terkena corona. Kabar baiknya, sampai saat ini dipastikan bahwa hewan-hewan lain tidak menunjukan gejala sakit yang sama.


Meskipun dari hasil penelitian saat ini penyebaran corona belum ditemukan penularan dari satu spesies ke spesies lain atau bahkan dari satwa ke manusia secara langsung. Tetapi virus bisa saja terus bermutasi. Sama halnya ketika pada awal temuan Corona, ilmuwan menyanggah bahwa virus tersebut tidak bisa menular ke satwa. Lalu tiba-tiba perkembangan terakhir virus telah menjangkit harimau.

Jika corona bisa menyerang seekor harimau, apakah virus itu akan menjadi ancaman untuk satwa lain di habitat liarnya? Mungkin kecil kemungkinannya untuk saat ini. Lagi pula, penelitian belum berkembang kearah sana. Sehingga masih terlalu dini untuk mengatakan bahwa virus corona berdampak pada kehidupan satwa liar di habitatnya. Namun, tidak ada salahnya jika kita terus waspada. Ada baiknya jika kita belajar dari kasus pandemi lainnya yang pernah menyerang satwa liar. Semata untuk kita ambil sebagai pembelajaran dan antisipasi kedepannya.

Sabtu, 04 April 2020

Ngelayap: Pasar Apitaik, Pohon Purba Lian, dan Kembali ke Bali (Lombok Timur Part 3)


Sewaktu kecil, Saya paling malas ketika disuruh mengantar Ibu Saya ke pasar. Mungkin dulu karena enggan untuk menunggu Ibu Saya memilah barang hingga tawar-menawar yang membutuhkan waktu lama. Udah gitu gak jadi beli barangnya lagi. Cuma satu hal yang saya sukai ketika harus mengantar Blio ke pasar yaitu iming-iming Mie Ayam.

Tetapi mulai dewasa ini, saya justru menikmatinya. Ketika mengantar ke pasar, terserah yang diantar mau ngapain, tetapi setidaknya saya bisa menikmati suasana pasar. Seringkali Saya membawa kamera untuk sekedar mencari obyek foto. Atau lebih sering nyomot jajanan pasar dan makanan tradisional yang ada.

Akhirnya dua alasan tersebutlah yang mendorong saya semangat ke pasar. Begitu pula ketika saya sedang melancong ke daerah-daerah. Saya akan menyempatkan diri ke pasar sekedar mencari sarapan dan mengambil gambar.

Bagi saya, pasar merupakan tempat yang paling pas untuk menemu kenali budaya masyarakat, entah budaya kuliner atau sosialnya.

Seperti halnya yang saya lakukan di hari ketiga berada di Lombok Timur. Kebetulan hari itu adalah hari terakhir kami di Lombok Timur.

Rabu, 01 April 2020

Di Balik Kesuksesan Klub Paling Dibenci di Liga Jerman, RB Leipzig

Timo Werner dkk merayakan goal melawan Tottenham Hotspur pada pertandingan 16 besar Liga Champions, 19 Februari 2020. Sumber: gettyimage.com. Credit: Julian Finney
Beberapa minggu lalu sebelum peristiwa covid-19 mewabah pesat di Indonesia, saya sempat bermain FIFA 20 bersama para sahabat. Waktu itu teman Saya memakai Atletico Madrid. Saya kemudian memilih RasenBallsport (RB) Leipzig.

Spontan teman saya bilang, “wah, jangan menghina gitu dong Yud. Pakai klub antah berantah, gak jelas kayak gitu. Kalau gitu aku pakai yang lain lah biar seimbang”

“Weh, jangan sembarangan Anda. RB Leipzig ini sekarang berada 3 besar Bundesliga. Klub hebat masa depan dengan stature yang terus meningkat” jawab saya

“Yah sakarepmu!” jawabnya.

Kalau saya gak salah ingat, kekuatan RB Leipzig di FIFA 20 rata-rata adalah 83 untuk penyerang, 80 untuk pemain tengah dan belakang. Sebenarnya gak terlalu jauh dengan Atletico Madrid. Bahkan lebih bagus daripada AC Milan.

Seperti teman Saya, beberapa orang pasti masih asing dengan RB Leipzig. Sebab memang tak banyak orang mengikuti Bundesliga, pasti karena alasan liga yang tak kompetitif. Bayern Munchen terlalu mendominasi. Tapi itu dulu, sekarang telah berubah. Liga semakin kompetitif, banyak pelatif hebat dan pemainnya menjadi incaran klub top Eropa. Dan menurut saya pribadi, sekarang liga tersebut jauh lebih bisa dinikmati dibanding Serie A.

Salah satu alasan liga tersebut mulai kompetifi adalah karena munculnya kekuatan baru, RB Leipzig. Klub yang sejak kemunculannya dibenci oleh pecinta sebak bola garis keras Jerman (kapan-kapan saya akan menceritakan kenapa klub ini dibenci) itu melesat cepat hanya dalam jangka waktu 1 dekade. Dieter Mateshitz sang bos perusahaan minuman ringan Red Bull membeli klub tersebut pada tahun 2009. Tujuh tahun kemudian, klub langsung melejit dari divisi 5 Liga Jerman ke Bundesliga pada musim 2016/2017. Dan berhasil mengamankan posisi 2 di bawah Munchen. Pada musim 2019 ini (sebelum Corona melanda) mereka sempat menjadi juara paruh musim mengalahkan rival mereka Munchen dan Dortmund. Terakhir, mereka menghempaskan Tottenham Hotspur pada laga 16 besar Liga Champions dengan agregat 4-0.