Selasa, 31 Maret 2020

I S O L A S I

Pada kondisi sekarang ini ketika semua masyarakat (terutama Jakarta) dihimbau untuk mengisolasi diri di rumah masing-masing, beruntungnya Saya yang terlahir sebagai seorang ambivert. Sebuah kepribadian yang seimbang antara introvert and extrovert. Meski sebenernya agak condong sedikit ke introvert (berdasarkan sebuah test kepribadian yang pernah saya ikuti) ya sekitar 55% lah. Terbukti, Saya sangat menikmati kesendirian di kamar, sesekali bertegur sama dengan kerabat dan sahabat melalui aplikasi daring.



Sehari-hari kegiatan hampir sama dan diulang-ulang, mulai dari bangun pagi terus sholat lalu bikin kopi dan membaca buku sebentar. Abis itu berjemur. Siangnya lanjut kerja. Dengerin musik keras-keras. Dan kalau bosan baca novel. Bikin kopi lagi. Lalu Masak. Maen game lebih banyak dan nonton film, ngulik lagi hobi-hobi lama mulai dari bermusik dan surfing (surfing on the internet maksudnya).

Isolasi dan kerja dari rumah menjadi sebuah berkah bagi saya. Sebuah cita-cita sejak dulu, bisa kerja santai dari rumah. Beberapa kali bahkan saya usulkan pada kantor tempat saya bekerja untuk menerapkan ini. Alasannya sih waktu itu untuk mengurangi jejak karbon. Biasa sok aktifis. Cuma masih dimentahkan oleh HRD. Mereka tak yakin para staf-nya bisa kerja disiplin dari rumah. Saya bilang sih karena saya suka kerja keras, maka seharusnya hal tersebut tak akan berdampak. Tapi ya waktu itu dimentalkan. Semoga setelah praktik kerja dari rumah selama 2 minggu ini mereka dapat mempertimbangkan lagi. Kalau kata Yuval Noah Harrari dalam artikelnya "The World After Coronaviru" corona virus ini membuka tabir tabu yang ditetapkan budaya dan manusia sendiri. Seperti bekerja dari rumah ini, dahulu instansi swasta dan pemerintah belum banyak menerapkan sistem kerja dari rumah. Padahal alat komunikasi sudah mendukung. Tapi tetap ada saja alasan untuk menolaknya, tak efektif-lah atau susah ngontrolnya-lah. Itu pada dunia kerja. Sedang pada dunia pendidikan, Covid-19 memaksa belajar secara online dan menghapuskan Ujian Nasional. Kemarin-kemarin hanya sekedar wacana, tapi sekarang dipaksa harus diterapkan. Semoga ke depan bisa jadi pembelajaran untuk semua instansi. Dan gak ada lagi alasan yang gak masuk akal untuk menolak hal-hal di atas.

Karantina juga membuat saya punya waktu untuk menghabiskan buku-buku yang dulu sudah saya beli dan cuma jadi pajangan. Menonton banyak film (ilegal pastinya). Menamatkan beberapa game kesukaan. Lebih perhatian pada pemain-pemain saya di Football Manager. Dan menambah skill bermain bola di FIFA yang sebelumnya unbeatable menjadi absolutely. Mengasah skill bermusik yang dari dulu biasa-biasa saja dan akan tetap biasa saja sih.

Berkah lain yang amat saya syukuri adalah meningkatnya keahlian masak saya. Ini yang paling membuat saya bangga sama diri sendiri. Dengan keterbasan alat, hanya bermodal kompor gunung dan nesting saya mulai bisa memasak berbagai ragam menu lauk dan sayuran. Mulai dari telor ceplok, telur dadar, telur orak-arik, telur ceplok kecap, telur ceplok setengah mateng, telur rebus, dan lain-lain. Luar biasa bukan? Target saya sih di akhir isolasi bisa memasak rendang dan sayur gulai nangka khas padang.
Ini percobaan masak hari pertama. Gak usah berekspektasi lebih, cuma pakai neting woy!


Terakhir, ada juga hal negatif dari penerapan isolasi ini. Setidaknya ada 2 hal negatif. Pertama, dengan terpaksa saya harus membeli alat-alat untuk bikin kopi yang mahalnya minta ampun itu. Gara-gara semua alatnya tertinggal di kantor dan tentu saja Saya malas sekali untuk mengambilnya. Kedua, musti ngeluarin extra cost  untuk membeli survival kits. Seorang teman yang suka baca buku strategi perang pernah berkata pada saya beberapa tahun lalu "
Yud, belilah Survival Kits. Lu sediain di kamar. Buat jaga-jaga. Kita tak pernah tahu kejadian '98 terulang lagi. Bukan tak mungkin dalam bentuk lainnya".
Waktu itu kata-kata itu saya indahkan. Tetapi sekarang mulai berpikir lagi. Takut kalau kejadian lockdown di India terulang di Indonesia atau setidaknya kalau saya gak bisa bayar kosan, saya bisa langsung kabur dengan survival kits tersebut. Baeklah!




Tidak ada komentar:

Posting Komentar