Selasa, 31 Maret 2020

DAILY QUOTE #3

Rasa-rasanya ungkapan Cak Nun ini selalu pas dengan konteks akhir-akhir ini:
Pemerintah Indonesia itu sangat diuntungkan. Mereka punya rakyat yang tangguh, mandiri dan jarang merepotkan dalam kondisi apapun.

I S O L A S I

Pada kondisi sekarang ini ketika semua masyarakat (terutama Jakarta) dihimbau untuk mengisolasi diri di rumah masing-masing, beruntungnya Saya yang terlahir sebagai seorang ambivert. Sebuah kepribadian yang seimbang antara introvert and extrovert. Meski sebenernya agak condong sedikit ke introvert (berdasarkan sebuah test kepribadian yang pernah saya ikuti) ya sekitar 55% lah. Terbukti, Saya sangat menikmati kesendirian di kamar, sesekali bertegur sama dengan kerabat dan sahabat melalui aplikasi daring.

Minggu, 29 Maret 2020

Nglayap: Piknik Sedetik Dari Sembalun ke Gili Kondo dan sekitarnya (Lombok Timur Part 2)



274. Gunung Rinjani Longsor, dan Gunung Samalas runtuh, banjir batu gemuruh, menghancurkan Desa Pematan, rumah-rumah rubuh dan hanyut terbawa lumpur, terapung-apung di lautan, penduduknya banyak yang mati.
275. Tujuh hari lamanya, gempa dahsyat meruyak bumi, terdampar di Leneng, diseret oleh batu gunung yang hanyut, menusia berlari semua, sebahagian lahi naik ke bukit.
Babada Lombok 274 – 275

Masih Sabtu 17 Agustus 2019

Bait di atas menggambarkan betapa dahsyatnya letusan gunung Samalas, Lombok. Dahulu, catatan kuno tersebut hanya dianggap sebagai dongeng, namun pada tahun 2013 Franck Lavigne dari Universite Paris Pantheon-Sorbonne bersama para peneliti yang lain mengkonfirmasi kebenaran cerita tersebut (cek makalahnya di https://www.pnas.org/content/110/42/16742). Dari perkiraan Lavigne, erupsi gunung Samalas memuntahkan 40 kilometer kubik material vulkanik dengan ketinggian kolom letusan 43 kilometer. Dampaknya adalah hujan abu masif hampir di seluruh dunia dan mempengaruhi iklim global seperti penurunan suhu kala musim panas dan menghangatkan cuaca musim dingin di Eropa sekitar kurun 1257-1258. Tak heran, karena memang dua pertiga tubuh gunung Samalas hancur dan meninggalkan jejak berupa kaldera Segara Anak.

Jumat, 27 Maret 2020

Nglayap: Adat, Gunung, dan Laut Lombok Timur (Part 1)




Jum’at 16 Agustus 2019


Before the time runs out
There's somewhere to run
Wake up
Run for your life with me
Wake up
Run for your life with me” ~ Foo Fighters



Jam masih menunjukan pukul 6 pagi ketika lirik lagu Run dari Foo Fighters itu berteriak tepat di sebelah gendang telinga saya. Pada kondisi normal, tentu saya amat menyukai lagu tersebut. Tetapi di pagi hari dalam keadaan setengah sadar entah kenapa suara Dave Grohl tiba-tiba saya benci. Saya masih ingin menikmati kasur hotel yang empuk dan udara pagi pantai di Bali yang segar ini dengan tidur.

Rabu, 25 Maret 2020

Restorasi dan Upaya Menjaga Kesehatan Ekosistem

Kedatangan gajah di lokasi restorasi Cinta Raja 3 menunjukan salah satu keberhasilan restorasi YOSL

Dunia tengah dihadapkan pada pandemi Covid-19. Virus tersebut telah menyebar secara cepat ke 180-an negara dengan menginfeksi ratusan ribu penduduk dunia dan mengakibatkan puluhan ribu orang meninggal dunia (per tulisan ini dibuat). Banyak peneliti kemudian mengaitkan hubungan antara munculnya virus dengan dampak kerusakan hutan dan perubahan perilaku manusia. Deforestasi membuat ekosistem hutan menjadi rusak lalu satwa yang kehilangan rumahnya kian terdesak dan mendekat dengan lingkungan manusia. Belum lagi, beberapa satwa liar yang diburu dan dikonsumsi. Virus dan bakteri yang bersarang secara alamiah di tubuh mereka akan mudah menular ke manusia. Tetapi kita tentu tidak bisa menyalahkan satwa liar seperti kelelawar yang selama ini diduga menjadi perantara penyebaran. Seperti yang diungkapkan oleh Andrew Cunningham, professor dari Wildlife Epidemiology di Zoological Society of London dalam sebuah wawancara CNN bahwa perilaku manusia dan diperparah dengan kerusahakan lingkungan tempat hidup hewan-hewan tersebut telah menyebabkan virus berkembang dan menyebar dengan pesat.

Dua hal penting yang bisa diambil pembelajarannya dari kejadian besar tersebut adalah dampak kerusakan lingkungan dan pola perilaku manusia. Epidemi tersebut juga semakin membuktikan bahwa kerja-kerja konservasi menjadi penting adanya. Selama ini upaya konservasi memang bertujuan untuk mempertahankan keanekaragaman hayati dan mengembalikan kondisi ekosistem yang rusak agar terjaga keseimbangan lingkungan dan kesehatan manusia baik sekarang maupun masa depan.

Restorasi menjadi salah satu cara kita untuk mengembalikan kondisi kesehatan hutan yang tadinya rusak untuk memiliki fungsi ekologi seperti sedia kala. Dengan demikian, melakukan restorasi juga secara tidak langsung menjaga bencana umat manusia dari wabah penyakit di kemudian hari. Tetapi tulisan ini secara lebih lanjut tidak akan mengulas tentang hubungan Covid-19 dan kerusakan lingkungan. Tulisan ini hanya akan memberikan sebuah pembelajaran tentang upaya restorasi di Resort Cinta Raja III, Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) yang dilakukan oleh sebuah lembaga konservasi, Yayasan Orangutan Sumatera Lestari (YOSL).

Bagaimana Proses Restorasi Cinta Raja III?

PERINGATAN!
Tulisan ini merupakan sambungan dari tulisan Restorasi dan Upaya Menjaga Kesehatan Ekosistem. Tulisan ini sangat bersifat teknis. Sebelum membaca tulisan ini disarankan untuk membaca tulisan sebelumnya
Putra (45) sedang menunjukan perubahan tutupan lahan pada resotrasi Cinta Raja III setalah tahun ke-2.