Sabtu, 29 Agustus 2020

Cerita Dari Pawon: Gudeg, Gudeg Apa yang Raja?



Saya dan Hakim ngobrol mengenai pergudegan. Ada cerita apa antara gudeg, raja dan Jogja? Kami akan membawa kalian mengarungi kisah menarik bersama gudeg.

Simak di sini

https://open.spotify.com/episode/5KC3YebmUnGF6speq9XI0o


Sabtu, 15 Agustus 2020

Cerita Dari Pawon (Eps.2): Ada itu di balik Rendang, tau kan?


Hoi Bolo Ngelihan? Suka makan nasi padang? Pasti tau dong jenderal dari makanan-makanan itu? Ya' itulah Rendang. 

Dalam World’s 50 Best Foods: Reader’s Choice oleh CNN Travel, rendang beberapa kali dinobatkan menjadi panganan paling enak. Bahkan dia disebut sebagai “World’s Most Delicious Food” mengalahkan Susi, Ramen atau Tomyam.

Hal apa yang unik dari Rendang? Gimana asal-usulnya? Dengerin obrolan Saya ini...

https://open.spotify.com/episode/4XU0fUf67wnw2ZaIndQ6Vt 



Kamis, 13 Agustus 2020

Kelana Rasa, Perjalanan Pikir

Semua itu adalah soal berproses. Perjalan dan pengalaman-lah yang menuntun cara kita memandang sesuatu. Disadari atau tidak, merekalah yang menentukan pilihan dan cita rasa kita.

Ketika saya pulang ke Magelang atau ke Jogja, pasti akan menyempatkan makan di warung makan favorit. Rasanya kangen aja dengan makanan sewaktu SMP-SMA dan kuliah. Sebab di Jakarta, saya fakir makanan enak-enak sih.

Misalnya, makan soto Pak No (ini yang di Magelang ya, bukan yang di Jogja), nasi goreng, sego godog, dan mie ayam Pak Sugeng di dekat rumah. Atau kalau pas ke Jogja, menyempatkan makan bakmi, penyetan, soto dan lain-lain.

Tapi terkadang, ketika saya kembali untuk menyantap kuliner tersebut, ada yang selalu berbeda. Ini adalah soal rasa.

Kok rasanya tetiba berubah ya. Gak seenak dulu. Misalnya makan ayam geprek di Mas Kobis, dulu makan “cabai 20” aja dengan micin-garam-bawangnya yang beradu-padu memunculkan selera makan dan sensasi rasa yang tak terlupakan. Kini waktu kembali ke sana kok jadi hambar. Juga dengan SS dan beberapa persotoan yang lain.

Ada rasa yang hilang….

Jumat, 31 Juli 2020

Cerita Dari Pawon




Kenalin nih Podcast aku sama temenku. Kita ngebahas soal makanan, budaya dan sejarah. Kita namain Pawon (dapur) karena tempat ini sakral bagi mereka yang gemar meracik dan meramu bumbu menjadi hidangan istimewa. Selain itu, di bagian rumah inilah sering terjadi pembicaraan-pembicaraan menarik.

Pawon tidak hanya soal menyiapkan makanan, tetapi ada budaya dan relasi kuasa disana.
Oleh karena itu, kita ingin membicarakan makanan, tidak hanya dari sudut pandang rasa saja, di tempat makanan itu tercipta, yaitu Pawon.

Nah, episode pertama Cerita Dari Pawon ini ngomongin soal konsep relasi antara makanan, budaya dan sejarah. 

Masyarakat mengenal istilah "You are what you eat"  yang biasanya ada dalam program penurunan berat badan atau memilih pola makan sehat.

Tapi kita tidak sedang membicarakan itu. Biarkan tubuh ini tetap gemuk namun sehat.
Dalam konteks pembicaraan kita di episode perdana ini, You are what you eat adalah sebuah jendela untuk mengintip siapa kita, dari budaya mana kita terhubung, dan bagaimana posisi kita ditengah peredaran makanan secara global. Inilah yang menjadi alasan, kenapa lewat Pawon kita ingin lebih banyak mengupas soal makanan. Bukan soal enak atau tidaknya, tetapi makanan sebagai bagian dari budaya masyarakat.



Selasa, 07 Juli 2020

Ngobrol Ngablu'

ilustrasi Gajah Sumatera by TFCA-Sumatera

Jum'at malam jam 9 setelah kelar Badminton, Carala dan Tungga mengingatkan saya kalau malam itu kita mau ngobrol buat podcast mereka. Berbekal rasa kantuk ya akhirnya beginilah jadinya diskusi kita waktu itu...

Sesi 1. Tentang Sistem Debt for Nature Swap https://open.spotify.com/episode/4rMpBKI1Tmjv5CCrZPdSCn

Sesi 2. Tentang Knowledge Management https://open.spotify.com/episode/6l3de8WvBnrvOSGthUTIx0

Sesi 3. Tentang Konservasi Gajah Sumatera https://open.spotify.com/episode/3wxvXsfnQEDN9DN82DIWRT


Gitulah, semoga bermanfaat!

Minggu, 26 April 2020

Time Like These

Judul tulisan refleksi ini saya ambil dari sebuah judul lagu milik Foo Fighters, group band idola saya. Beberapa minggu lalu ketika saya sedang mengerjakan pekerjaan kantor dengan iringan lagu tersebut, saya sempat terdiam beberapa saat. Ada sebuah bait yang sangat menyentuh:
It's times like these you learn to live again
It's times like these you give and give again
It's times like these you learn to love again
It's times like these time and time again

Sabtu, 18 April 2020

Nglayap: Tasik Sekelumit


Saya selalu percaya, sebuah perjalanan tanpa direncanakan jauh-jauh hari sebelumnya akan punya peluang terealisasi lebih besar. Seperti perjalanan ke Tasikmalaya kali ini. Berawal dari ajakan Mas Desta sepulang dari side project kami di Jambi. Pada hari Minggu, sebelum berpisah di Terminal III, beliau ngide untuk jalan ke tempat Rizal, Tasikmalaya. Langsung saja ajakan tersebut saya samber. Saya coba kontak beberapa teman. Sayangnya kebanyakan sok sibuk.

Pada akhirnya hanya Ibnu yang menyambut ajakan kami. Doi sudah pasti mau, sebab dia yang paling rentan. Pusing kebanyakan kerjaan karena lagi bikin start-up baru. 

Terpilih 3 orang berangkat ke Tasik. Saya dan Ibnu berangkat menggunakan bus sedangkan Mas Desta dengan kereta. Seperti biasa, Saya lebih menikmati perjalanan menggunakan bus daripada kereta. Di hari Senin sorenya, saya langsung pesan tiket bus untuk 2 orang. Berangkat dari Kampung Rambutan.

Selasa, 14 April 2020

Berkaca Pada Film Kim Ji-Young, Born 1982



Kebanyakan 'di rumah aja' membuat saya makin produktif. Tentunya makin produktif menghabiskan stok film saya. Film-film yang dulu banget sempet disalin dari warnet Jogja. Salah satu film yang baru selesai saya tonton adalah "Kim Ji Young, Born 1982". Saya tahu film tersebut setelah nyari referensi film bagus padanannya "Parasite".


Kim Ji Young, Born 1982 merupakan film bertemakan gender equality yang mampu ditampilkan secara apik dan halus, sehingga secara tidak langsung bakalan menggugah nurani penonton untuk melihat sekali lagi apa yang sebenernya terjadi pada hak-hak perempuan sekitar kita selama ini. Tak melulu tentang kerasnya perjuangan perempuan dalam berkarir atau memperjuangkan mimpinya seperti "The Iron Lady" atau "Hidden Figures". Justru kisah ini berlatar belakang sosok seorang ibu muda yang mengabdikan diri untuk keluarga. Film ini seolah mau bilang: jadi ibu rumah tangga itu gak gampang loh. Mungkin lebih susah dari kerja-kerja fisik kita di kantor.


Rabu, 08 April 2020

Apakah Corona Akan Berdampak Pada Kehidupan Satwa Liar Di Alamnya?


Ilustrasi: seekor harimau Sumatra sedang dirawat di kandang khusus di Barumun Nagari Wildlife Sanctuary. Credit: Yudha/tfcas

Penyebaran Sars-Cov-2 di dunia terus melonjak. Bahkan didapati kasus terbaru, corona tidak hanya menyerang manusia tetapi juga satwa. Nadia,seekor harimau Malaya berumur 4 tahun di Kebun Binatang Bronx, New York dikabarkan telah positif corona.


Kejadian bermula ketika 4 harimau dan 3 singa di Kebun Binatang Bronx memiliki gejala batuk kering dalam beberapa hari seperti yang diberitakan di Time. Setelah dilakukan pemerikasaan lebih lanjut oleh The National Veterinary Services Laboratory ternyata Nadia dikonfirmasi positif Sars-CoV-2. Sumber dari infeksi virus tersebut diduga berasal dari penjaga kebun binatang yang sebelumnya tanpa gejala terkena corona. Kabar baiknya, sampai saat ini dipastikan bahwa hewan-hewan lain tidak menunjukan gejala sakit yang sama.


Meskipun dari hasil penelitian saat ini penyebaran corona belum ditemukan penularan dari satu spesies ke spesies lain atau bahkan dari satwa ke manusia secara langsung. Tetapi virus bisa saja terus bermutasi. Sama halnya ketika pada awal temuan Corona, ilmuwan menyanggah bahwa virus tersebut tidak bisa menular ke satwa. Lalu tiba-tiba perkembangan terakhir virus telah menjangkit harimau.

Jika corona bisa menyerang seekor harimau, apakah virus itu akan menjadi ancaman untuk satwa lain di habitat liarnya? Mungkin kecil kemungkinannya untuk saat ini. Lagi pula, penelitian belum berkembang kearah sana. Sehingga masih terlalu dini untuk mengatakan bahwa virus corona berdampak pada kehidupan satwa liar di habitatnya. Namun, tidak ada salahnya jika kita terus waspada. Ada baiknya jika kita belajar dari kasus pandemi lainnya yang pernah menyerang satwa liar. Semata untuk kita ambil sebagai pembelajaran dan antisipasi kedepannya.

Sabtu, 04 April 2020

Ngelayap: Pasar Apitaik, Pohon Purba Lian, dan Kembali ke Bali (Lombok Timur Part 3)


Sewaktu kecil, Saya paling malas ketika disuruh mengantar Ibu Saya ke pasar. Mungkin dulu karena enggan untuk menunggu Ibu Saya memilah barang hingga tawar-menawar yang membutuhkan waktu lama. Udah gitu gak jadi beli barangnya lagi. Cuma satu hal yang saya sukai ketika harus mengantar Blio ke pasar yaitu iming-iming Mie Ayam.

Tetapi mulai dewasa ini, saya justru menikmatinya. Ketika mengantar ke pasar, terserah yang diantar mau ngapain, tetapi setidaknya saya bisa menikmati suasana pasar. Seringkali Saya membawa kamera untuk sekedar mencari obyek foto. Atau lebih sering nyomot jajanan pasar dan makanan tradisional yang ada.

Akhirnya dua alasan tersebutlah yang mendorong saya semangat ke pasar. Begitu pula ketika saya sedang melancong ke daerah-daerah. Saya akan menyempatkan diri ke pasar sekedar mencari sarapan dan mengambil gambar.

Bagi saya, pasar merupakan tempat yang paling pas untuk menemu kenali budaya masyarakat, entah budaya kuliner atau sosialnya.

Seperti halnya yang saya lakukan di hari ketiga berada di Lombok Timur. Kebetulan hari itu adalah hari terakhir kami di Lombok Timur.

Rabu, 01 April 2020

Di Balik Kesuksesan Klub Paling Dibenci di Liga Jerman, RB Leipzig

Timo Werner dkk merayakan goal melawan Tottenham Hotspur pada pertandingan 16 besar Liga Champions, 19 Februari 2020. Sumber: gettyimage.com. Credit: Julian Finney
Beberapa minggu lalu sebelum peristiwa covid-19 mewabah pesat di Indonesia, saya sempat bermain FIFA 20 bersama para sahabat. Waktu itu teman Saya memakai Atletico Madrid. Saya kemudian memilih RasenBallsport (RB) Leipzig.

Spontan teman saya bilang, “wah, jangan menghina gitu dong Yud. Pakai klub antah berantah, gak jelas kayak gitu. Kalau gitu aku pakai yang lain lah biar seimbang”

“Weh, jangan sembarangan Anda. RB Leipzig ini sekarang berada 3 besar Bundesliga. Klub hebat masa depan dengan stature yang terus meningkat” jawab saya

“Yah sakarepmu!” jawabnya.

Kalau saya gak salah ingat, kekuatan RB Leipzig di FIFA 20 rata-rata adalah 83 untuk penyerang, 80 untuk pemain tengah dan belakang. Sebenarnya gak terlalu jauh dengan Atletico Madrid. Bahkan lebih bagus daripada AC Milan.

Seperti teman Saya, beberapa orang pasti masih asing dengan RB Leipzig. Sebab memang tak banyak orang mengikuti Bundesliga, pasti karena alasan liga yang tak kompetitif. Bayern Munchen terlalu mendominasi. Tapi itu dulu, sekarang telah berubah. Liga semakin kompetitif, banyak pelatif hebat dan pemainnya menjadi incaran klub top Eropa. Dan menurut saya pribadi, sekarang liga tersebut jauh lebih bisa dinikmati dibanding Serie A.

Salah satu alasan liga tersebut mulai kompetifi adalah karena munculnya kekuatan baru, RB Leipzig. Klub yang sejak kemunculannya dibenci oleh pecinta sebak bola garis keras Jerman (kapan-kapan saya akan menceritakan kenapa klub ini dibenci) itu melesat cepat hanya dalam jangka waktu 1 dekade. Dieter Mateshitz sang bos perusahaan minuman ringan Red Bull membeli klub tersebut pada tahun 2009. Tujuh tahun kemudian, klub langsung melejit dari divisi 5 Liga Jerman ke Bundesliga pada musim 2016/2017. Dan berhasil mengamankan posisi 2 di bawah Munchen. Pada musim 2019 ini (sebelum Corona melanda) mereka sempat menjadi juara paruh musim mengalahkan rival mereka Munchen dan Dortmund. Terakhir, mereka menghempaskan Tottenham Hotspur pada laga 16 besar Liga Champions dengan agregat 4-0.

Selasa, 31 Maret 2020

DAILY QUOTE #3

Rasa-rasanya ungkapan Cak Nun ini selalu pas dengan konteks akhir-akhir ini:
Pemerintah Indonesia itu sangat diuntungkan. Mereka punya rakyat yang tangguh, mandiri dan jarang merepotkan dalam kondisi apapun.

I S O L A S I

Pada kondisi sekarang ini ketika semua masyarakat (terutama Jakarta) dihimbau untuk mengisolasi diri di rumah masing-masing, beruntungnya Saya yang terlahir sebagai seorang ambivert. Sebuah kepribadian yang seimbang antara introvert and extrovert. Meski sebenernya agak condong sedikit ke introvert (berdasarkan sebuah test kepribadian yang pernah saya ikuti) ya sekitar 55% lah. Terbukti, Saya sangat menikmati kesendirian di kamar, sesekali bertegur sama dengan kerabat dan sahabat melalui aplikasi daring.

Minggu, 29 Maret 2020

Nglayap: Piknik Sedetik Dari Sembalun ke Gili Kondo dan sekitarnya (Lombok Timur Part 2)



274. Gunung Rinjani Longsor, dan Gunung Samalas runtuh, banjir batu gemuruh, menghancurkan Desa Pematan, rumah-rumah rubuh dan hanyut terbawa lumpur, terapung-apung di lautan, penduduknya banyak yang mati.
275. Tujuh hari lamanya, gempa dahsyat meruyak bumi, terdampar di Leneng, diseret oleh batu gunung yang hanyut, menusia berlari semua, sebahagian lahi naik ke bukit.
Babada Lombok 274 – 275

Masih Sabtu 17 Agustus 2019

Bait di atas menggambarkan betapa dahsyatnya letusan gunung Samalas, Lombok. Dahulu, catatan kuno tersebut hanya dianggap sebagai dongeng, namun pada tahun 2013 Franck Lavigne dari Universite Paris Pantheon-Sorbonne bersama para peneliti yang lain mengkonfirmasi kebenaran cerita tersebut (cek makalahnya di https://www.pnas.org/content/110/42/16742). Dari perkiraan Lavigne, erupsi gunung Samalas memuntahkan 40 kilometer kubik material vulkanik dengan ketinggian kolom letusan 43 kilometer. Dampaknya adalah hujan abu masif hampir di seluruh dunia dan mempengaruhi iklim global seperti penurunan suhu kala musim panas dan menghangatkan cuaca musim dingin di Eropa sekitar kurun 1257-1258. Tak heran, karena memang dua pertiga tubuh gunung Samalas hancur dan meninggalkan jejak berupa kaldera Segara Anak.

Jumat, 27 Maret 2020

Nglayap: Adat, Gunung, dan Laut Lombok Timur (Part 1)




Jum’at 16 Agustus 2019


Before the time runs out
There's somewhere to run
Wake up
Run for your life with me
Wake up
Run for your life with me” ~ Foo Fighters



Jam masih menunjukan pukul 6 pagi ketika lirik lagu Run dari Foo Fighters itu berteriak tepat di sebelah gendang telinga saya. Pada kondisi normal, tentu saya amat menyukai lagu tersebut. Tetapi di pagi hari dalam keadaan setengah sadar entah kenapa suara Dave Grohl tiba-tiba saya benci. Saya masih ingin menikmati kasur hotel yang empuk dan udara pagi pantai di Bali yang segar ini dengan tidur.

Rabu, 25 Maret 2020

Restorasi dan Upaya Menjaga Kesehatan Ekosistem

Kedatangan gajah di lokasi restorasi Cinta Raja 3 menunjukan salah satu keberhasilan restorasi YOSL

Dunia tengah dihadapkan pada pandemi Covid-19. Virus tersebut telah menyebar secara cepat ke 180-an negara dengan menginfeksi ratusan ribu penduduk dunia dan mengakibatkan puluhan ribu orang meninggal dunia (per tulisan ini dibuat). Banyak peneliti kemudian mengaitkan hubungan antara munculnya virus dengan dampak kerusakan hutan dan perubahan perilaku manusia. Deforestasi membuat ekosistem hutan menjadi rusak lalu satwa yang kehilangan rumahnya kian terdesak dan mendekat dengan lingkungan manusia. Belum lagi, beberapa satwa liar yang diburu dan dikonsumsi. Virus dan bakteri yang bersarang secara alamiah di tubuh mereka akan mudah menular ke manusia. Tetapi kita tentu tidak bisa menyalahkan satwa liar seperti kelelawar yang selama ini diduga menjadi perantara penyebaran. Seperti yang diungkapkan oleh Andrew Cunningham, professor dari Wildlife Epidemiology di Zoological Society of London dalam sebuah wawancara CNN bahwa perilaku manusia dan diperparah dengan kerusahakan lingkungan tempat hidup hewan-hewan tersebut telah menyebabkan virus berkembang dan menyebar dengan pesat.

Dua hal penting yang bisa diambil pembelajarannya dari kejadian besar tersebut adalah dampak kerusakan lingkungan dan pola perilaku manusia. Epidemi tersebut juga semakin membuktikan bahwa kerja-kerja konservasi menjadi penting adanya. Selama ini upaya konservasi memang bertujuan untuk mempertahankan keanekaragaman hayati dan mengembalikan kondisi ekosistem yang rusak agar terjaga keseimbangan lingkungan dan kesehatan manusia baik sekarang maupun masa depan.

Restorasi menjadi salah satu cara kita untuk mengembalikan kondisi kesehatan hutan yang tadinya rusak untuk memiliki fungsi ekologi seperti sedia kala. Dengan demikian, melakukan restorasi juga secara tidak langsung menjaga bencana umat manusia dari wabah penyakit di kemudian hari. Tetapi tulisan ini secara lebih lanjut tidak akan mengulas tentang hubungan Covid-19 dan kerusakan lingkungan. Tulisan ini hanya akan memberikan sebuah pembelajaran tentang upaya restorasi di Resort Cinta Raja III, Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) yang dilakukan oleh sebuah lembaga konservasi, Yayasan Orangutan Sumatera Lestari (YOSL).

Bagaimana Proses Restorasi Cinta Raja III?

PERINGATAN!
Tulisan ini merupakan sambungan dari tulisan Restorasi dan Upaya Menjaga Kesehatan Ekosistem. Tulisan ini sangat bersifat teknis. Sebelum membaca tulisan ini disarankan untuk membaca tulisan sebelumnya
Putra (45) sedang menunjukan perubahan tutupan lahan pada resotrasi Cinta Raja III setalah tahun ke-2.