warga sedang membuat tungku dari gerabah |
Seorang Bule Belanda yang akrab disapa Cornelius itu tampak mengusap keringat di keningnya, maklum waktu itu surya
tepat di atas kepalanya. Matanya awas mengawasi 200 orang yang bekerja di atas
bukit. Terlihat dari mereka sedang menebang pohon dan membakar semak.
Sebagian lagi menyingkirkan puing-puing batuan berukir. Hampir 2 bulan dia membabat
alas untuk mencari peninggalan mahakarya abad ke-8. Dia tak ingin mengecewakan
tuannya. Usahanya pun tak sia-sia ketika mereka mulai menemukan kepala patung budha
menyembul diantara semak-semak. Babat alas ini dimulai ketika tuannya yang bernama Thomas S. Raffles mendengar kasak-kusuk tentang sebuah candi
besar yang tertimbun tanah dan hutan di daerah Magelang.
Dalam proses penggalian waktu itu ternyata ditemukan sisa-sisa alat
rumah tanga yang terbuat dari gerabah. Sejumlah ahli arkeologi pun menemukan
beberapa relief di sisi timur Candi Borobudur yang menggambarkan kegiatan
pembuatan gerabah. Jenis gerabah terdapat pada relief Karmawibhangga seperti :
periuk, pasu nampan/baki, pinggan, tungku, kenci,
wajan, cawan, piring dan beberapa alat dapur yang lain. Relief Karmawibhangga
ini berisi tentang pelajaran hukum karma dengan menggunakan seting budaya
masyarakat pada zaman tersebut. Relief ini terdapat pada teras Kamadhatu yang
sekarang sebagian besar ditutup oleh batur kaki candi.
Ini penanda jika dahulu saat pembangunan tempat
peribadatan umat Budha tersebut para pekerjanya pernah menggunakan alat rumah tangga dari
gerabah. Alat-alat ini kemungkinan
disuplai oleh dusun sekitarnya yang bernama Klipoh.
Jarak dusun dengan bangunan yang dibuat pada masa dinasti Syailendra tersebut sekitar 3 km. Sejak dulu,
dusun ini memang telah terkenal dengan kerajinan gerabahnya. Cikal bakal
gerabah Klipoh sendiri berasal dari dua orang perempuan yaitu Nyai Kalipah dan
Nyai Kundi. Atas jasanya, warga dusun membuatkan patung dua wanita tersebut
yang diletakan pada tugu masuk dusun.