Senin, 10 Agustus 2015

Poligami dalam Imaji Saya?

Ilustrasi (LoveBird di Depan Kosan, foto oleh Yudha)

Beberapa hari yang lalu, ada pertanyaan kepada saya dari seorang Anonim di sebuah web social network sebut saja ask.fm. Pertanyaan ini agaknya beda dari pertanyaan umum lainnya. Dan membuat saya kepikiran tergelitik untuk menjawabnya. Begini saya nukilkan pertanyaan tersebut
Kak, kemarin saya nonton Surga Yang Tak Dirindukan. Bagus deh filmnya. Dan satu pertanyaan saya untuk Kakak. Kakak pernah kepikiran untuk Poligami? Dan jika Kakak diberi kesempatan Poligami akan bagaimana?
Duh, pertanyaan yang cukup susah untuk menjawabnya. Kenapa? Terus terang saya belum pernah berniat poligami. Jangankan niat, dipikirkan saja belum. Dan sejujurnya, setelah saya tahu ada pertanyaan seperti itu dalam otak malah mulai berlari-lari tentang Bab Poligami. Baik karena Bab Poligami sudah keluar menggelinding di otak saya, maka mari saya akan memikirkan itu.

Poligami, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Poli yang merujuk pada hal jamak, artinya lebih dari satu. 
Ngomong-ngomong soal "sesuatu yang lebih dari satu", saya jadi ingat barang-barang saya yang jumlahnya lebih dari satu. Dimulai dari handphone (HP), alhamdulillah saya memiliki HP lebih dari satu. Satu HP dengan fitur android dan satunya masih poliponik. Sebenarnya HP poliponik ini adalah HP saya untuk mendukung kebutuhan saya jika di lapangan yang jauh dari listrik dan sinyal. Karena HP ini batrey nya bisa tahan sampai seminggu dan kuat menangkap sinyal. Satunya lagi adalah HP android yang memang sering saya pakai untuk kebutuhan sehari-hari. Tapi 2 bulan ini, HP poliponik saya hilang entah kemana. Entah dimana saya taruh, karena jarang saya pakai, akhirnya saya kurang 'ngeh' ketika HP hilang.

Saya juga termasuk poli-jam tangan (baca : pengoleksi pengumpul jam tangan). Pengumpul jam tangan sedari sejak kuliah. Saya pernah punya 7 jam tangan sekaligus, mulai dari analog sampai digital. Dan sampai hari ini dari 7 jam tersebut hanya tinggal 1, yaitu yang saya pakai. Lainnya tentu saja hilang dan rusak karena jarang saya pakai. Selain jam, sewaktu kecil saya juga sering mengoleksi mainan tamiya. Lebih dari satu saya beli. Tapi yang tinggal waktu itu hanya 1, yang lain rusak juga.

Banyak lagi barang-barang 'poli' yang saya miliki, tapi riwayatnya sama, Hilang dan Rusak. Yah, begitulah saya.

Lalu soal poligami?

Oh ya sebentar, saya lupa. Masih ada satu hal lagi yang akrab terkait dengan 'poli'. Adalah soal kemampuan multitasking dan kemampuan pengelolaannya. Kenapa? Karena semakin banyak barang yang kita punya, maka kita harus semakin cekatan dan bisa mengerjakan segala hal secara bersama-sama agar lebih efektif dan efisien.

Nah, soal kemampuan multitasking ini kiranya saya sadar diri. Saya adalah orang yang tidak bisa mengerjakan hal secara bersama-sama. Fokus saya mudah terpecah. Jika anda mau mengganggu saya dalam bekerja, maka cukuplah ajak saya ngobrol. Maka pekerjaan itu tidak pernah kelar. Tapi ingat, jangan pernah ajak saya bicara ketika saya sedang bekerja memotong suatu benda dengan pisau atau benda tajam lainnya. Saya hampir kehilangan jari saya. Waktu itu ketika salah seorang teman mengajak bicara, pikiran saya spontan teralihkan dan dengan reaksi tak kalah cepat tangan kanan saya sudah mengiris sedikit jari tangan kiri saya. Untungnya tidak kebablasan.

Kemudian bagaimana dengan Poligami Mas e?

Oh ya saya hampir lupa. Poligami ya? Hmmm, merujuk pada kemampuan saya, saya sadar diri bahwa saya tidaklah bisa ber-poligami. Coba bayangkan, barang-barang saja yang notabenya benda mati sering hilang karena tidak pernah saya pakai. Apalagi Istri kedua, ketiga, dan keempat? Saya takut mereka hilang. Belum lagi soal masalah fokus saya dan kemampuan multitasking saya. Duh, gak kepikiran deh jikalau saya harus memikirkan lebih dari satu perempuan. Harus membagi-bagi diri saya. Dan tahukah anda bagaimana multi-kompleks nya perempuan?

Dan pertanyaan terakhir, jika ada kesempatan saya berpoligami?

Hmmm, ini lebih berat. Tapi karena ini bukan kejadian nyata, ya saya bisa mudah menjawabnya. Tetep, saya lebih memilih monogami saja. Bagi saya, masih banyak jalan ibadah yang lain. Saya hanya manusia lemah, yang lebih senang mengantisipasi dosa yang akan datang (misal tidak adil atau ada yang hilang... #eh) daripada menantang dosa. Karena saya cukup sadar diri.

Tapi, bukan berarti saya tidak setuju Poligami loh ya. Saya setuju-setuju saja kok. Bahkan saya selalu memberi jempol pada mereka yang punya niat poligami. Berarti mereka sudah sangat bagus manajemen dirinya. Sudah sangat luar biasa. Jarang loh ada lelaki yang multitasking. Apalagi niatnya sama dengan niat Rasulullah. Yah kalau misalnya sekarang melihat orang berpoligami, dan istri kedua sampai keempatnya cantik dan seksi, itu mereka memang pintar mencari hanya bonus bagi mereka. Sambil menyelam minum air. Dapetnya cantik kok, mau gimana lagi?
----

Note: Bagi saya, saya lebih memilih hidup dengan 1 istri. Kemudian membangun keluarga yang sakinah dan penuh keberkahan. Saya tidak akan pernah rela melihat istri saya nanti membagikan cintanya pada orang lain, begitupun saya, saya juga tidak akan membagi cinta saya untuk orang lain. Lebih baik bersama-sama dengan Istri mencari Ladang Amal, Keberkahan dan Keridoan Allah. Bagi saya, satu lebih dari cukup.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar