Selasa, 17 Maret 2015

Dari Sampah Menjadi Berkah





“Kunci keberhasilan dari perjuangan adalah istiqomah dan niat yang baik untuk membantu sesama”

(Alin, Pendiri Salam Rancage)

Dua minggu lalu saya berkesempatan untuk ikut mendampingi masyarakat Palmerah dan Grogol Utara dalam kunjungan lapangan kerajinan koran bekas di Komunitas “Salam Rancage”, Bogor.  Program kunjungan lapangan ini merupakan kegiatan vouluntering yang diadakan oleh Kompas Gramedia. Tujuan dari kegiatan ini untuk memotivasi masyarakat sekitar Palmerah dan Grogol Utara agar lebih kreatif dalam memanfaatkan barang-barang bekas seperti koran.  

Belajar dari “Salam Rancage”
Salam Rancage adalah komunitas yang bergerak dalam bidang pemberdayaan masyarakat sekitar Kampung Sindang Sari untuk mengelola atau mendaur ulang sampah (khususnya sampah koran)  menjadi kerajinan tangan. Seperti dalam taglinenya (tak ada rotan koran pun jadi) komunitas ini berusaha memanfaatkan sampah koran yang selama ini dipandang tidak bernilai menjadi barang bernilai seni tinggi.
Komunitas ini didirikan pada tahun 2009 yang awalnya hanya bertujuan untuk membuat model Bank Sampah di Sekolah Alam Bogor agar mengubah perilaku siswa menjadi lebih kreatif. Namun  ternyata eksperimen ini menarik bagi anak-anak dan orang tua siswa. Kebetulan, saat itu warga melihat kerajinan hasil anak-anak dan tertarik  untuk mencobanya. Dari situ, Bank Sampah ini kemudian berkembang, yang tadinya hanya 1 (di sekolah alam saja) sekarang sudah menjadi 6 Bank Sampah yang tersebar 5 Rukun Warga.
Keuntungan dari penjualan kerajinan koran bekas sebagian besar dikembalikan lagi kepada masyarakat. Tujuh puluh lima persen keuntungan penjualan untuk masyarakat dan 25% digunakan untuk keperluan pemasaran. Saat ini hasil kerajinan koran sudah sering mengikuti pameran internasional. Pada moment Inacraft, produk Salam Rancage masuk dalam nominator dari sekitar 7000 produk yang diseleksi.
Sayangnya, pengelolaan sampah masih berkisar pada sampah anorganik belum sampai pada pengelolaan sampah organik. Pengembangan pengelolaan sampah organik masih terus dilakukan di laboratorium mereka.


Sampah Mengubah Pola Hidup Warga
Kegiatan mengolah sampah ini ternyata mampu mengubah pola hidup warga. Awalnya warga yang sebagian berprofesi sebagai pengupas singkong beralih menjadi pengrajin koran. Menjadi pengrajin koran lebih menggiurkan hasilnya daripada mengupas singkong. Mengupas singkong hanya dihargai Rp. 2.000,-/karung, sedangkan menjadi pengrajin koran untuk melinting koran saja per linting dihargai Rp. 25,- (rata-rata sehari tiap warga dapat menghasilkan 600 linting) belum lagi yang menjadi pengrajin koran (mengubah lintingan menjadi kerajinan) dihargai lebih tinggi. Dengan hasil ini, para ibu rumat tangga bisa membantu perekonomian keluarga.
Ada seorang Kakek yang sudah berumur lebih dari 60 tahun masih semangat untuk melinting koran-koran bekas (bahan kerajinan koran sebagai ganti dari rotan). Dalam sehari rata-rata kakek itu bisa menghasilkan 600 linting koran. Jika 1 linting dihargai Rp 25,- maka sehari dia bisa memperoleh Rp 15.000,-. Kakek ini dahulu adalah seorang penjual bubur keliling dan akhirnya saat ini memilih untuk bekerja melinting korang. Menurutnya hasil ini lebih tinggi daripada menjual bubur keliling. Uang hasil melinting koran digunakan untuk membeli kebutuhan sehari-hari dan obat-obatan, imbunya.
Koran-koran yang telah dilinting ini kemudian akan disetor kepada pengrajin untuk dianyam menjadi barang kerajinan, misalnya : keranjang baju, tas tenteng, tempat pensil, keranjang buah, bahkan sampai dibuat karpet.
Dalam bidang lingkungan, kerajinan sampah ini merubah lingkungan sekitar menjadi bersih. Adanya kerajinan sampah ini juga ternyata mampu mencegah banjir yang selama ini sering menghampiri Kampung Sindang Sari, kampung yang berada di sekitar sempadan sungai. Tidak terlihat sampah-sampah yang terbawa aliran sungai lagi, padahal dahulu sebelum adanya aktivitas ini sungai dipenuhi oleh sampah-sampah yang mengakibatkan banjir. Kualitas air juga terlihat lebih bersih.

Mengawali Perjuangan Menjadi Pionir
Melihat suksesnya pemberdayaan masyarakat Kampung Sindang Sari hari ini, tidak pernah lepas dari perjuangan Ibu Alin dan rekan-rekannya. Perjuangan mereka tentunya tidak semudah membalikan telapak tangan. Perjuangan Ibu Alin dan rekan-rekannya untuk meyakinkan masyarakat akan kegiatan ini membutuhkan proses dan waktu yang lama. Masyarakat awalnya susah untuk berpartisipasi. Namun lama kelamaan setelah mereka melihat hasil penjualan kerajinan, mereka menjadi tertarik untuk mencoba. Sampai dengan saat ini, banyak masyarakat di sana beralih profesi menjadi pengrajin koran bekas. Menurut Ibu Alin, kunci keberhasilan pemberdayaan masyarakat adalah istiqomah. Istiqomah untuk tetap memberi contoh sukses bagi masyarakat. Ditambah dengan niat yang baik untuk kebermanfaatan masyarakat.

Memilah-milah sampah di Bank Sampah

"kartini" penggiat Kerajinan Koran

Belajar Mengayam


Keranjang Baju

Ibu Alin, Pendiri "Salam Rancage"

Peserta mempresentasikan hasil

Menimbang Sampah


Hasil Kerajinan

Diskusi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar