|
Ilustrasi Makutarama Astabrata yang diterima Arjuna (gambar diambil dari google) |
Kadang
dunia dongeng atau cerita zaman dahulu banyak memberikan pembelajaran dan
memiliki makna yang dalam. Contohnya adalah dalam cerita pewayangan. Cerita
pewayangan ini banyak muncul dari Indonesia dan India. Masing-masing negara ini
memiliki karakter tokoh dan alur cerita sendiri-sendiri. Tetapi pada dasarnya
jalan ceritanya tidak berbeda jauh. Salah satu cerita dalam Mahabarata yang
menarik dan jarang di singgung orang adalah cerita tentang Makutarama. Orang kadang
hanya tahu cerita Mahabarata adalah perang saudara darah baratha yang terjadi
di padang Kurusetra. Perang antara pihak kurawa yang digambarkan tamak dan
rakus serta pandawa yang digambarkan sebagai seorang ksatria yang memiliki budi
pekerti luhur dan menggambarkan sikap seorang pahlawan.
Cerita
yang menginspirasi ini adalah cerita dari sebuah buku karangan Pitoyo Amrih dalam
buku yang berjudul “Pertempuran 2 Pemanah Ajuna-Karna”. Cerita ini menceritakan
Arjuna yang diperintah oleh Begawan Durna untuk belajar dan memahami tentang
sebuah ilmu kepemimpinan yang tertulis dalam prasasti Makutarama. Makutarama
adalah sebuah prasasti yang merangkum proses pembelajaran Sri Rama sebelum
menjadi Raja Ayodya. Prasasti ini berisi sebuah ajaran tentang kepemimpinan
yang ditulis oleh Rama Wijaya. Sebuah gambaran tentang kepemimpinan yang
diwujudkan dalam bait-bait puisi yang diberi judul Astabrata. Gambaran ini
berasal dari perjalanan hidup Sri Rama selama kepemimpinannya di Ayodya. Negeri
di selatan dunia wayang, negeri yang melegenda dalam cerita pewayangan. Tidak
hanya melegenda, negeri ini menjadi negeri yang maju lewat kepemimpinannya
Prabu Rama Wijaya.
Diceritakan
dalam Makutarama tersebut berisi pelajaran Astabrata. Astabrata ini
menggambarkan bagaimana seorang pemimpin berlaku adil dan belajar dari alam
sekitar. Tentang seorang pemimpin yang bisa memahami watak-watak alam dan
mengejawantahkan dalam semangat kepemimpinan. Seorang pemimpin yang bisa
menyatu dengan alam, menggenggam, dan menjabarkan delapan watak alam, yaitu
watak bumi, matahari, bulan, angin, samudra, api, bintang, dan watak awan.
Kedelapan watak tersebut memiliki makna masing-masing sesuai sifat alam.
|
ilustrasi bumi (gambar diambil dari google) |
Watak
bumi adalah watak yang menampung segala apa yang ada di atas dunia. Bumi tidak
pernah membedakan untuk menerima yang baik, buruk, berat, ringan, semua
diterima apa adanya. Bumi tidak pernah membedakan semuanya. Sama seperti
pemimpin, harusnya pemimpin mampu berbuat adil dan tidak memilah-milah
rakyatnya. Dalam kehidupan bernegara erat kaitannya dengan anti kolusi. Dimana
pemimpin tidak melihat hubungan keluarga untuk merekrut seseorang untuk menjadi
pegawai atau pejabat. Bisa dilihat apa yang terjadi bila kolusi terus
berkembang. Akan banyak orang-orang di bumi ini yang memiliki kemampuan yang
mumpuni tetapi akhirnya tidak bisa mendapatkan haknya untuk mengisi suatu
bidang profesi atau pekerjaan dikarenakan sudah penuh dengan keluarga pemimpinnya.
Bisa saja negara akan ambruk karena diisi orang-orang tidak kompeten
dibidangnya atau bisa saja fungsi pemerintahan tidak akan berjalan sebagaimana
mestinya oleh sebab kolusi.
|
ilustrasi matahari (gambar diambil dari google) |
Kemudian
watak matahari yang menerangi seluruh permukaan bumi sama rata. Melalui
matahari semua proses di bumi ini mampu berjalan. Mulai dari proses siklus air
sampai pemindahan energi. Matahari senantiasa memberi manfaat kepada seluruh
penduduk di bumi. Matahari pula yang akan menguapkan air di permukaan laut
kemudian menurunkannya dalam bentuk hujan. Bila diibaraktan pemimpin, maka
pemimpin harus mencontoh sifat matahari yaitu pemimpin mampu menyaring dan
mendengar pendapat dari bawah atau rakyat, kemudian menurunkan solusi kepada
mereka. Hal ini harus terus dilakukan pemimpin, mengingat fungsi pemimpin
adalah untuk mengabdi kepada rakyat. Maka sudah sewajarnya, pemimpin harus mau
mendengar keluh kesah dan pendapat rakyatnya. Terlebih negara ini terlahir
sebagai negara demokrasi. Negara yang memusatkan seluruh kepentingan rakyat di
atas kepentingan segalanya dan menjadikan rakyat sebagai “atasan” pemerintah. Bukan sebaliknya, lebih mendengar dan mengutamakan partai di atas kepentingan rakyatnya.
|
ilustrasi bulan (gambar diambil dari google) |
Yang
ketiga adalah watak bulan. Sebuah sifat unik dari bulan walaupun
dia tidak memiliki sinar sendiri, tapi mampu menerangi gelap malam. Seorang
pemimpin harus bisa menggalang kekuatan, untuk kemudian memberi sinar terang
kepada setiap warganya. Artinya pemimpin harus mampu menjadi problem solver. Menjadi titik terang
bagi bangsanya, inilah yang sedang dirisaukan oleh penduduk di negeri ini. Saat
penduduk butuh kepastian dan butuh kejelasan sikap pemimpinnya, mereka
tiba-tiba tidak ada. Menghilang sejenak, kemudian muncul setelah perselisihan
itu semakin membesar. (Bersambung....)
My family all the time say that I am killing my time here at web, except I know I am getting know-how all the time by reading such fastidious posts. paypal login
BalasHapus