Jumat, 16 Januari 2015

Makutarama “Astabrata” untuk Para Pemimpin (I)

Ilustrasi Makutarama Astabrata yang diterima Arjuna (gambar diambil dari google)



Kadang dunia dongeng atau cerita zaman dahulu banyak memberikan pembelajaran dan memiliki makna yang dalam. Contohnya adalah dalam cerita pewayangan. Cerita pewayangan ini banyak muncul dari Indonesia dan India. Masing-masing negara ini memiliki karakter tokoh dan alur cerita sendiri-sendiri. Tetapi pada dasarnya jalan ceritanya tidak berbeda jauh. Salah satu cerita dalam Mahabarata yang menarik dan jarang di singgung orang adalah cerita tentang Makutarama. Orang kadang hanya tahu cerita Mahabarata adalah perang saudara darah baratha yang terjadi di padang Kurusetra. Perang antara pihak kurawa yang digambarkan tamak dan rakus serta pandawa yang digambarkan sebagai seorang ksatria yang memiliki budi pekerti luhur dan menggambarkan sikap seorang pahlawan.
Cerita yang menginspirasi ini adalah cerita dari sebuah buku karangan Pitoyo Amrih dalam buku yang berjudul “Pertempuran 2 Pemanah Ajuna-Karna”. Cerita ini menceritakan Arjuna yang diperintah oleh Begawan Durna untuk belajar dan memahami tentang sebuah ilmu kepemimpinan yang tertulis dalam prasasti Makutarama. Makutarama adalah sebuah prasasti yang merangkum proses pembelajaran Sri Rama sebelum menjadi Raja Ayodya. Prasasti ini berisi sebuah ajaran tentang kepemimpinan yang ditulis oleh Rama Wijaya. Sebuah gambaran tentang kepemimpinan yang diwujudkan dalam bait-bait puisi yang diberi judul Astabrata. Gambaran ini berasal dari perjalanan hidup Sri Rama selama kepemimpinannya di Ayodya. Negeri di selatan dunia wayang, negeri yang melegenda dalam cerita pewayangan. Tidak hanya melegenda, negeri ini menjadi negeri yang maju lewat kepemimpinannya Prabu Rama Wijaya.
Diceritakan dalam Makutarama tersebut berisi pelajaran Astabrata. Astabrata ini menggambarkan bagaimana seorang pemimpin berlaku adil dan belajar dari alam sekitar. Tentang seorang pemimpin yang bisa memahami watak-watak alam dan mengejawantahkan dalam semangat kepemimpinan. Seorang pemimpin yang bisa menyatu dengan alam, menggenggam, dan menjabarkan delapan watak alam, yaitu watak bumi, matahari, bulan, angin, samudra, api, bintang, dan watak awan. Kedelapan watak tersebut memiliki makna masing-masing sesuai sifat alam.
ilustrasi bumi (gambar diambil dari google)
Watak bumi adalah watak yang menampung segala apa yang ada di atas dunia. Bumi tidak pernah membedakan untuk menerima yang baik, buruk, berat, ringan, semua diterima apa adanya. Bumi tidak pernah membedakan semuanya. Sama seperti pemimpin, harusnya pemimpin mampu berbuat adil dan tidak memilah-milah rakyatnya. Dalam kehidupan bernegara erat kaitannya dengan anti kolusi. Dimana pemimpin tidak melihat hubungan keluarga untuk merekrut seseorang untuk menjadi pegawai atau pejabat. Bisa dilihat apa yang terjadi bila kolusi terus berkembang. Akan banyak orang-orang di bumi ini yang memiliki kemampuan yang mumpuni tetapi akhirnya tidak bisa mendapatkan haknya untuk mengisi suatu bidang profesi atau pekerjaan dikarenakan sudah penuh dengan keluarga pemimpinnya. Bisa saja negara akan ambruk karena diisi orang-orang tidak kompeten dibidangnya atau bisa saja fungsi pemerintahan tidak akan berjalan sebagaimana mestinya oleh sebab kolusi.
ilustrasi matahari (gambar diambil dari google)
Kemudian watak matahari yang menerangi seluruh permukaan bumi sama rata. Melalui matahari semua proses di bumi ini mampu berjalan. Mulai dari proses siklus air sampai pemindahan energi. Matahari senantiasa memberi manfaat kepada seluruh penduduk di bumi. Matahari pula yang akan menguapkan air di permukaan laut kemudian menurunkannya dalam bentuk hujan. Bila diibaraktan pemimpin, maka pemimpin harus mencontoh sifat matahari yaitu pemimpin mampu menyaring dan mendengar pendapat dari bawah atau rakyat, kemudian menurunkan solusi kepada mereka. Hal ini harus terus dilakukan pemimpin, mengingat fungsi pemimpin adalah untuk mengabdi kepada rakyat. Maka sudah sewajarnya, pemimpin harus mau mendengar keluh kesah dan pendapat rakyatnya. Terlebih negara ini terlahir sebagai negara demokrasi. Negara yang memusatkan seluruh kepentingan rakyat di atas kepentingan segalanya dan menjadikan rakyat sebagai “atasan” pemerintah. Bukan sebaliknya, lebih mendengar dan mengutamakan partai di atas kepentingan rakyatnya. 
ilustrasi bulan (gambar diambil dari google)
Yang ketiga adalah watak bulan. Sebuah sifat unik dari bulan walaupun dia tidak memiliki sinar sendiri, tapi mampu menerangi gelap malam. Seorang pemimpin harus bisa menggalang kekuatan, untuk kemudian memberi sinar terang kepada setiap warganya. Artinya pemimpin harus mampu menjadi problem solver. Menjadi titik terang bagi bangsanya, inilah yang sedang dirisaukan oleh penduduk di negeri ini. Saat penduduk butuh kepastian dan butuh kejelasan sikap pemimpinnya, mereka tiba-tiba tidak ada. Menghilang sejenak, kemudian muncul setelah perselisihan itu semakin membesar. (Bersambung....)

1 komentar:

  1. My family all the time say that I am killing my time here at web, except I know I am getting know-how all the time by reading such fastidious posts. paypal login

    BalasHapus