Padanya yang bertahan cinta selalu menepati janji,
Yang pergi usah diharap lagi,
Hanya tangan-Nya yang membuat kembali,
Berharap yang pergi akan kembali,
Usah kau tangisi,
Yang pegi tak akan kembali,
Maka syukuri,
Untuk nya yang selalu menanti,
Untuk nya yang selalu kembali,
Sabtu, 17 Januari 2015
Jumat, 16 Januari 2015
Makutarama “Astabrata” untuk Para Pemimpin (I)
Ilustrasi Makutarama Astabrata yang diterima Arjuna (gambar diambil dari google) |
Kadang
dunia dongeng atau cerita zaman dahulu banyak memberikan pembelajaran dan
memiliki makna yang dalam. Contohnya adalah dalam cerita pewayangan. Cerita
pewayangan ini banyak muncul dari Indonesia dan India. Masing-masing negara ini
memiliki karakter tokoh dan alur cerita sendiri-sendiri. Tetapi pada dasarnya
jalan ceritanya tidak berbeda jauh. Salah satu cerita dalam Mahabarata yang
menarik dan jarang di singgung orang adalah cerita tentang Makutarama. Orang kadang
hanya tahu cerita Mahabarata adalah perang saudara darah baratha yang terjadi
di padang Kurusetra. Perang antara pihak kurawa yang digambarkan tamak dan
rakus serta pandawa yang digambarkan sebagai seorang ksatria yang memiliki budi
pekerti luhur dan menggambarkan sikap seorang pahlawan.
Cerita
yang menginspirasi ini adalah cerita dari sebuah buku karangan Pitoyo Amrih dalam
buku yang berjudul “Pertempuran 2 Pemanah Ajuna-Karna”. Cerita ini menceritakan
Arjuna yang diperintah oleh Begawan Durna untuk belajar dan memahami tentang
sebuah ilmu kepemimpinan yang tertulis dalam prasasti Makutarama. Makutarama
adalah sebuah prasasti yang merangkum proses pembelajaran Sri Rama sebelum
menjadi Raja Ayodya. Prasasti ini berisi sebuah ajaran tentang kepemimpinan
yang ditulis oleh Rama Wijaya. Sebuah gambaran tentang kepemimpinan yang
diwujudkan dalam bait-bait puisi yang diberi judul Astabrata. Gambaran ini
berasal dari perjalanan hidup Sri Rama selama kepemimpinannya di Ayodya. Negeri
di selatan dunia wayang, negeri yang melegenda dalam cerita pewayangan. Tidak
hanya melegenda, negeri ini menjadi negeri yang maju lewat kepemimpinannya
Prabu Rama Wijaya.
Sabtu, 10 Januari 2015
RINDU [1]
Adakah yang lebih cepat datangnya daripada senja terhadap malam?
Adakah yang lebih cepat datangnya daripada fajar terhadap pagi?
Adakah
yang lebih cepat datangnya daripada angin terhadap hujan?
Adalah Rindu....
Rindu
yang tak pernah bertemu, seperti malam dan siang.
Rindu yang tak pernah
bertemu, seperti bulan dan matahari.
Selalu saja begitu...
Jumat, 02 Januari 2015
Belajar Melestarikan Hutan dan Air : Kearifan Masyarakat Using Desa Kemiren, Banyuwangi
Masyarakat Using beraktifitas di mata air sambil bercengkrama |
Hutan dan air memiliki hubungan yang sangat erat. Fungsi hutan sebagai tata kelola air mampu mengurangi atau meningkatkan laju aliran permukaan tanah. Kecepatan aliran permukaan tanah akan berkurang apabila penutupan vegetasi tinggi. Ketika hutan berubah menjadi pemukiman, maka lahan tidak mempunyai resistensi untuk menahan aliran, akibatnya akan terjadi banjir.
Vandana Shiva menegaskan bahwa kendati dua pertiga bumi terdiri atas air, kelangkaan air terus terjadi. Tak terkecuali Indonesia yang merupakan negara dengan cadangan air terkaya di dunia (15.500m³/kapita/tahun) jauh di atas rerata negara lain (8.000 m³/kapita/tahun) pun mengalami kelangkaan (Prihatin, 2013). Seperti diberitakan oleh situs berita dan informasi lingkungan mongabay.co.id (2012) krisis air pernah menghantui kawasan ekosistem Leuser. Disebutkan krisis air ini disebabkan oleh rusaknya ekosistem, hilangnya tutupan lahan, masuknya perusahaan pertambangan, dan eksodus perusahaan sawit.
Melihat kondisi demikian, diperlukan pengelolaan hutan dan seisinya dengan benar. Kelestarian hutan seisinya tidak bisa dikompromikan lagi dengan nilai ekonomi yang ada di dalamnya. Hutan seisinya haruslah terus lestari demi masa depan anak cucu. Masyarakat didukung pemerintah memiliki andil besar dalam pengelolaannya.
Langganan:
Postingan (Atom)